4.11.2010

Perjuangan Guru Perempuan di Pedalaman Memperkenalkan Pendidikan

Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidikan untuk meletakkan dan mempersiapkan dasar-dasar yang kuat untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. TK menyiapkan gerbang awal untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan. Sadar akan hal itu, PESAT pun mengawali pelayanan pendidikan di wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur ini dengan membuka taman kanak-kanak.
Bersama masyarakat, TK pertama pun dilahirkan di desa Krayan, Long Bawan pada 1996 dan diberi nama TK Buah Hati Terpadu, kemudian tiga TK lainnya pun didirikan di berbagai desa terpencil di sana seiring berjalannya waktu. TK Mawar Sharon Terpadu di dusun Berian Baru, TK Nusa Indah Terpadu di desa Terang Baru, serta TK Permata Terpadu di desa Long Layu yang harus ditempuh 25 menit dgn pesawat udara dari Long Bawan.
Kesan pertama begitu manis, selanjutnya tidak ada yang putus sekolah
Keempat TK PESAT ini adalah TK-TK pertama yang didirikan di sana sekaligus satu-satunya TK di desa-desa tersebut. Pada setiap tahun ajaran baru tentu saja selalu menjadi kali pertama pendidikan berkenalan dengan anak-anak usia dini dan dengan orang tua mereka. “Setelah itu, semua menjadi luar biasa, anak-anak begitu semangat untuk datang ke TK bahkan dalan kondisi cuaca apapun,” kesaksian Noni, guru TK Mawar Sharon Terpadu di desa Berian Baru.

TK telah banyak merubah pemikiran salah masyarakat tentang pendidikan, sedikit anak sekarang yang berhenti pada tingkat yang rendah, rata-rata mereka bersekolah sampai SMA. “Hampir semua anak usia sekolah di sini bersekolah, bahkan mereka yang sudah terlambat pun banyak yang mengikuti program Paket C dan B,” ujar Yohanna Ginting.
Kehadiran TK-TK yang ada sangat membantu menyemangati orang tua untuk memasukkan anaknya ke sekolah. Sekarang, di setiap desa yang kami kunjungi sudah ada program wajib belajar dan orang tua sudah semakin sadar akan pentingnya pendidikan, ia melanjutkan.

Tiga jam jalan kaki setiap hari
Sikap antusias dan penuh semangat yang ditunjukkan anak-anak ini rupanya semakin mengobarkan semangat melayani dalam diri para ibu gurunya. Ada satu cerita yang patut diangkat disini, tentang bagaimana perjuangan seorang ibu guru yang berjalan kaki tiga jam pergi-pulang untuk mengajar. Adalah Elsi gadis 22 tahun kelahiran Balikpapan, lulusan STMT Samarinda yang sudah lebih setahun melayani di sana.

Pukul 7.00 sampai 10.00 pagi aku mengajar di desa Krayan, setelah itu jam 12.00 aku harus sudah berangkat untuk mengajar di desa Terang Baru yang dimulai pulul 14.00, perjalanan ke sana ditempuh satu setengah jam,” Elsi menjelaskan. Perjalanan pergi – pulang tersebut melewati jalan tanah bercampur lumpur yang meliuk naik – turun menyusuri rimbunnya hutan yang sepi. Ibu guru pun harus membawa pakaian ganti setiap hari untuk jaga-jaga jika terjatuh, terperosok ke dalam lumpur, atau kehujanan. “Pernah satu kali aku terperosok lumpur hingga sebatas pinggang,” kenang Elsi sambil tertawa.

Ia mendidik 40 anak di Long Bawan dan 23 anak di Terang Baru, “Suatu perjuangan berat untuk mendidik anak dengan berbagai karakter, apalagi awalnya aku tak mengerti Bahasa Lundayeh,” ujar ibu guru yang telah 16 bulan mengajar ini. Banyak anak-anak awalnya memiliki karakter kurang baik seperti tidak mengasihi temannya dan suka berkelahi. Aku mendoakan mereka di setiap ibadah bersama di kelas, dan hari demi hari mereka makin baik, lanjutnya. Ia sangat berharap dapat menjadi berkat bagi anak-anak dan masyarakat Lundayeh. GO LINK PESAT MEMBANGUN DESA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarnya agar persaudaraan tetap terjalin. Terimakasih.