9.26.2010

Nasihat Imam Ali bin Abi Thalib r.a

Ucapan Imam Ali bin Abi Thalib r.a kepada seorang laki-laki yang meminta nasihatnya :

Jangan menjadi seorang yang mengharap kebaikan akhirat tanpa beramal untuknya,
dan jangan menunda-nunda tobat dengan memperpanjang angan-angan (untk bertobat).

Jangan pula menjadi orang yang berbicara tentang
dunia dengan ucapan-ucapan seorang zahid yang hatinya tidak
tertambat kepadanya, sedangkan dalam kenyataannya ia melakukan perbuatan
orang-orang yang sangat menginginkannya. Bila diberi sebagian darinya tidak
pernah ia merasa kenyang. Dan bila diberi sedikit, ia tidak merasa puas.

Ia tidak mampu mensyukuri apa yang dikaruniakan kepadanya, namun
selalu menghendaki tambahan dari yang masih tersisa. Melarang orang lain
melakukan dosa, tapi ia sendiri tidak berhenti melakukan dosa; dan menyuruh
orang lain berbuat kebaikan, tapi ia sendiri tidak mengerjakannya. Ia - katanya
- mencintai orang-orang saleh, tetapi tidak meniru amal mereka; dan membenci
orang-orang yang berbuat maksiat, tetapi ia sendiri salah seorang dari mereka.
Ia takut mati disebabkan banyak dosa-dosanya, tetapi tidak menahan diri darinya.

Bila jatuh sakit, ia menyesali dirinya, tetapi bila
telah kembali sehat, ia merasa aman berbuat sia-sia. Ia berbangga hati bila
beroleh afiat, tetapi segera berputus asa jika mendapat cobaan.
Bila ditimpa musibah, ia berdoa (karena) terpaksa, tetapi bila beroleh
kemakmuran, ia berpaling dengan angkuhnya.

Nafsunya mengalahkannya dalam hal yang masih
diragukannya, tetapi ia tidak mampu mengalahkan nasfsunya dalam hal yang telah
diyakininya (Ia yakin bahwa hidup sederhana mendatangkan kebahagiaan, dan
perbuatan baik menyebabkan kemuliaan, namun tidak mampu memaksa diri
melaksanakannya. Sebaliknya, iatidak sanggup menolak dorongan nafsunya bila
melihat kesenangan yang ia sendiri meragukan keuntungannya.)

Ia merisaukan dosa orang lain meskipun lebih kecil
daripada dosanya sendiri; dan mengharap bagi dirinya pahala yang lebih besar
daripada nilai perbuatannya sendiri. Bila merasa cukup kaya, segera ia berbesar
hati dan merasa sombong. Akan tetapi bila ia jatuh miskin, segera berputus asa
dan merasa hina.

Bermalas-malasan bila mengerjakan kebaikan, tetapi
merengek melewati batas bila memohon sesuatu.

Bila
tergoda oleh sesuatu yang membangkitkan syahwat nafsunya, ia segera mendahulukan
maksiat dan mengundurkan tobat. Dan bila bencana menimpa, hampir-hampir ia
keluar dari berbagai ikatan Agamanya.

Sangat pandai memperingatkan orang lain (dari
perbuatan buruk), tapi ia sendiri tidak meninggalkannya. Berlebih-lebihan dalam
menasehati orang lain (dalam hal baik), tapi ia sendiri tidak mengerjakannya.

Amat banyak ucapannya, namun sedikit sekali amal
baiknya. Bersaing memperebutkan sesuatu yang fana, tapi sangat mudah melepaskan
yang baka. Yang benar-benar menguntungkan justru dianggapnya memberatkan, tapi
yang sesungguhnya merugikan dianggapnya menguntungkan. Ia takut mati, tapi
tidak segera menggunakan kesempatannya yang tinggal sedikit.

Ia lebih suka bersenagn-senang bersama orang-orang kaya daripada
berzikir bersama-sama orang miskin. Selalu memenangkan dirinya atas orang lain
dan tidak pernah mengalahkan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain. Ia
membimbing orang lain, tapi menyesatkan dirinya sendiri.

Maka ia pun ditaati, tapi ia sendiri selalu
menentang Tuhannya. Mengambil haknya sendiri sepenuhnya, tapi ia tidak memenuhi
kewajibannya. Takut kepada mkhluk, tapi tidak menghiraukan Tuhannya. Tak segan
ia melawan-Nya dengan menganggu Makhluk-Nya….

Semoga
bermanfaat…

Nb : Dikutip dari buku Mutiara
Nahjul Balaghah-Muhammad Al-Baqir

1 komentar:

  1. apa saja kita perbuat pasti akan kembali kepada diri kita, tidak ada yang tertukar.

    BalasHapus

Berikan komentarnya agar persaudaraan tetap terjalin. Terimakasih.