10.20.2010

Kisah Perempuan Tua yang Naik Haji

Sahabat, saya ingin meneruskan sebuah kisah yang saya dapatkan dari kakak ipar saya. Ini adalah kisah nyata (konon, kata sumber cerita) yang hanya beredar di kalangan terbatas. Demi melihat integritas dan kualitas kakak ipar saya, maka saya bisa mengatakan bahwa tingkat kebenaran kisah ini di atas 90%.

Ini adalah sebuah kisah tentang tekad, ketekunan, keikhlasan, dan semangat seorang perempuan tua dari Jawa Timur yang ingin pergi ke baitulLah. Semenjak masih remaja, beliau sudah bertekad ingin pergi haji. Maka dengan bekerja sebagai penjual gorengan, sejak jaman kemerdekaan RI beliau menabung sedikit demi sedikit setiap hari.

Wukuf di Padang Arafah tahun 1960

“Sedikit demi sedikit lama - lama menjadi bukit”. Pribahasa itu nampaknya yang diyakini oleh beliau. Namun apa lacur, inflasi yang lebih suka tumbuh secara positif membuat nilai uangnya merosot. Bahkan beberapa kali beliau harus memulai lagi dari awal karena uang yang telah dikumpulkan tak bernilai lagi. Saya menduga, beliau menjadi salah satu korban “gunting Syafruddin” tahun 1950-an.

Coba kalian bayangkan, tahun 1980-an, dengan uang 25 rupiah saya sudah bisa membeli nasi di warung. Sekarang, 25 rupiah tinggal kenangan. Tahun 1997 saat pertama kali ke Jakarta, dengan 100 rupiah saya sudah bisa naik bis dari Depok ke Pasar Minggu. Sekarang, pengamen saja akan ngomel-ngomel jika diberi 100 rupiah. Dan seberapa yang bisa ditabung oleh seorang perempuan penjual gorengan sederhana? Seberapa cepat bisa mengejar laju inflasi?

Selalu, Allah lah Sang Penentu yang sebenarnya. Dengan izinNya, pada tahun 2002, perempuan yang sudah mempunyai cucu tersebut bisa ke rumahNya, memenuhi undangan dariNya yang sangat didamba. Tak diceritakan bagaimana atau dari mana biayanya. Saya yakini, jika Allah berkehendak maka tiada yang tak mungkin.

Dan, saat di Madinah di dekat makam RasululLah, beliau bermimpi dalam nyata, seseorang mendatangi dan menyalami. Tahukan kalian siapa yang datang? RasululLah ShollalLahu alaihi wa sallam! SubhanalLah!

Itu adalah momentum yang sangat luar biasa nan agung. Maka para habaib dan auliya yang tajam hatinya segera mengetahui. Mereka berebutan menciumi tangan perempuan tersebut yang wangi bekas jabat tangan RasululLah.

Saat kedatangan di tanah air, jika jamaah haji lainnya ditunggu oleh para sanak saudara, maka perempuan ini ditunggu oleh para habaib. Mereka ingin menghaturkan penghormatan yang tinggi dan ingin mendapatkan barokah kemuliaan dari perempuan luar biasa tersebut. Wangi di tangannya masih ada.

Saya ingin segera melompat dan berlari ke rumah perempuan luar biasa tersebut. Namun kisah ditutup dengan cerita bahwa perempuan tersebut telah berpulang ke rahmatulLah tak lama setelah kepulangannya dari haji. Sungguh akhir yang sangat mulia dan agung. Lebih dari sekedar Husnul khotimah.

Saya hanya bisa berdoa, semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Semoga kami yang hina ini, yang beribadah belum tentu serius, yang bekerja belum tentu benar, yang bersedekah belum tentu ikhlas, bisa mendapatkan hikmah dari teladan beliau.

WalLahu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarnya agar persaudaraan tetap terjalin. Terimakasih.