10.27.2010

SAJAK UNTUK IBU

 IBU

Kaulah gua teduh 
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tak berhenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyelam

Kaulah, ibu, laut dan langityang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu


(Tuhan, aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu Amin).


1414


NAZAR IBU DI KARBALA

Pantulan mentari senja dari kubah keemasan mesjid dan makam sang cucu Nabi
makin melembut pada genangan
airmata ibu tua bergulir-gulir berkilat-kilat
seolah dijaga pelupuk agar tak jatuh
indah warnanya menghibur bocah berkaki satu
dalam gendongannya tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan
menitik pecah pada pipi manis kemerahan puteranya


"ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki bukankah ananda selamat kini
seperti yang ibu pinta?"
"airmata bahagia, anakku karena permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini memenuhi nazar ibumu."
cahaya lembut masih memantul-mantul dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba berhenti berdiri tegak di pintu makam
menggumamkan salam: "Assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah


salam bagimu, wahai cucu rasul
salam bagimu, wahai permata zahra."
lalu dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah


Disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:


"Terimakasih, Tuhanku
dalam galau perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku sebatas ketahananku


engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu Rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati


Tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
agar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia


Tuhan,
inilah nazarku terimalah."


Karbala, 1409

CINTA IBU
Seorang ibu mendekap anaknya yang durhaka saat sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang gelap dan pucat
anaknya yang sejak di rahim diharap-harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur dan darah
terdengar desis mirip upaya sia-sia
sebelum semuanya terpaku
kaku.


2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarnya agar persaudaraan tetap terjalin. Terimakasih.